Aspek Teknis Blending Gasoline-Methanol-Ethanol

https: img.okeinfo.net content 2019 02 10 320 2015919 premium-dan-pertamax-turun-ini-daftar-lengkap-harga-bbm-GNtuQq5BTm.jpg
Sumber Foto: Koran SINDO

Meskipun telah digunakan di beberapa negara, masih banyak aspek teknis yang perlu dibuktikan dengan penggunaan methanol sebaga campuran bahan bakar. Concern terhadap aspek kesehatan, korosif, dan vapour lock menyebabkan methanol dipandang sebelah mata. Beberapa pertimbangan teknis untuk penggunaan methanol adalah sebagai berikut :

  • Methanol memiliki nilai oktan yang tinggi, sehingga dapat berperan sebagai octane booster. Penggunaan methanol dapat menggantikan peran MTBE yang berpotensi carsinogenic pada dosis tinggi, dan dengan harga yang lebih ekonomis.
  • Sifat methanol yang mudah menguap dapat memberikan keuntungan untuk efisiensi pembakaran dengan meningkatkan engine knock limit. Namun tingginya kandungan uap di dalam mesin dapat berpotensi meningkatkan reid vapor pressure dan membuat knocking pada mesin.
  • Nilai kalori yang lebih rendah (hampir setengahnya gasoline) membuat adanya potensi peningkatan konsumsi bahan bakar. Meskipun dari hasil pengujian yang telah dilakukan, peningkatan konsumsi bahan bakar lebih tinggi pada campuran ethanol, namun hal ini juga bergantung pada jenis mesin dan kesesuaian mesin pada nilai octane yang tinggi.
  • Kandungan oksigen pada methanol menyebabkan adanya sifat korosif pada material logam, terutama pada konsentrasi yang tinggi. Namun hal ini dapat diatasi dengan ditambahkan additive corrosion inhibitor pada bahan bakar.
  • Selain korosif, methanol juga tidak compatible untuk beberapa material karet dan polymer. Untuk itu, perlu dilakukan pengecekan material di seluruh pola suplai bahan bakar methanol sebelum diimplementasi.
  • Seperti bahan bakar alcohol lainnya, methanol juga memiliki sifat higroskopis. Hal ini berarti methanol memiliki nilai kelarutan pada air yang tinggi, dan dapat menyerap air termasuk dari kelembaban di udara. Untuk mengatasi tingginya kandungan air di dalam bahan bakar, perlu dipastikan bahwa seluruh jalur suplai methanol kering dan tidak terkontaminasi air. Selain itu, adanya penambahan co-solvent juga dapat meningkatkan toleransi kelarutan air di dalam bahan bakar.

Melihat beberapa pertimbangan aspek teknis di atas, tentunya implementasi methanol di dalam bahan bakar tidaklah mudah dilakukan. Pengujian karakteristik, engine test, dan uji jalan perlu dilakukan untuk mencari solusi dari isu-isu teknis tersebut. Hal ini yang saat ini sedang dilakukan fungsi Research & Technology Center. Bekerjasama dengan lembaga penelitian, beberapa formulasi campuran gasoline–methanol–ethanol sedang dalam tahap pengujian untuk mencari komposisi yang paling optimal. Dukungan dari Pemerintah berupa revisi untuk memperbolehkan kandungan methanol dalam spesifikasi bahan bakar gasoline juga perlu dilakukan. Termasuk untuk penerbitan spesifikasi baru untuk bahan bakar campuran GME.

sumber :
RTC Innovation Update 2019, Merdiani Aghnia Mokobombang, “Gasoline – Methanol – Ethanol Blending Fuel at A Glance” (page 82-85)